1. Telematika
Telematika
adalah sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informasi jarak jauh, yang
menyampaikan infomasi satu arah, maupun timbal balik dengan sistem digital yang
mengacu pada industri yang berhubungan dengan penggunaan komputer dalam sistem
telekomunikasi.
Istilah Teknologi
Informasi itu sendiri merujuk pada perkembangan teknologi perangkat-perangkat
pengolah informasi. Para praktisi menyatakan bahwa TELEMATICS adalah singkatan
dari TELECOMMUNICATION and INFORMATICS sebagai wujud dari perpaduan konsep
Computing and Communication. Istilah Telematics juga dikenal sebagai {the new
hybrid technology} yang lahir karena perkembangan teknologi digital.
Perkembangan ini memicu perkembangan teknologi telekomunikasi dan informatika
menjadi semakin terpadu atau populer dengan istilah konvergensi. Semula Media
masih belum menjadi bagian integral dari isu konvergensi teknologi informasi
dan komunikasi pada saat itu.
Istilah telematika
sering dipakai untuk beberapa macam bidang, diantaranya adalah :
Integrasi antara sistem
telekomunikasi dan informatika yang dikenal sebagai ICT (Information and
Communications Technology) merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengiriman dan
penyimpanan informasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi.
· Untuk
teknologi Sistem Navigasi/Penempatan Global atau GPS (Global Positioning System)
sebagai bagian integral dari komputer dan teknologi komunikasi berpindah
(mobile communication technology).
· Untuk
bidang kendaraan dan lalulintas (road vehicles dan vehicle telematics).
Pemahaman tentang
telematika dapat disimpulkan menjadi beberapa point sebagai berikut :
Telematika adalah
sarana komunikasi jarak jauh melalui media elektromagnetik.
Kemampuannya adalah
mentransmisikan sejumlah besar informasi dalam sekejap, dengan jangkauan
seluruh dunia, dan dalam berbagai cara, yaitu dengan perantaan suara, huruf,
gambar, dan data atau kombinasi-kombinasinya. Teknologi digital memungkinkan
hal tersebut terjadi.
Jasa telematika ada yang diselenggarakan untuk
umum (online, internet), dan ada pula untuk keperluan kelompok tertentu atau dinas khusus (intranet).
Perkembangan
Telematika di Indonesia
Pertama adalah periode
rintisan yang berlangsung akhir tahun 1970-an sampai dengan akhir tahun
1980-an. Periode kedua disebut pengenalan, rentang wktunya adalah tahun
1990-an, dan yang terakhir adalah periode aplikasi. Periode ketiga ini dimulai
tahun 2000.
· Periode
Rintisan
Hubungan Indonesia
terhadap Timor Portugis, peristiwa Malari, Pemilu tahun 1977, pengaruh Revolusi
Iran, dan ekonomi yang baru ditata pada awal pemerintahan Orde Baru, melahirkan
akhir tahun 1970-an penuh dengan pembicaraan politik serta himpitan ekonomi.
Sementara itu sejarah telematika mulai ditegaskan dengan digariskannya arti
telematika pada tahun 1978 oleh warga Prancis.
Mulai tahun 1970-an
inilah Toffler menyebutnya sebagai zaman informasi.Namun demikian, dengan
perhatian yang minim dan pasokan listrik yang terbatas, Indonesia tidak cukup
mengindahkan perkembangan telematika.
Memasuki tahun 1980-an,
perubahan secara signifikanpun jauh dari harapan. Walaupun demikian, selama
satu dasawarsa, learn to use teknologi informasi, telekomunikasi, multimedia,
mulai dilakukan. Jaringan telpon, saluran televisi nasional, stasiun radio
nasional dan internasional, dan komputer mulai dikenal di Indonesia, walaupun
penggunanya masih terbatas. Kemampuan ini dilatarbelakangi oleh kepemilikan
satelit dan perekonomian yang meningkat dengan diberikannya penghargaan tentang
swasembada pangan dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) kepada Indonesia pada
tahun 1984.
Setahun sebelumnya di
Amerika Serrikat, tepatnya tanggal 1 Januari 1983, internet diluncurkan. Sejak
ARPAnet (Advance Research Project Agency) dan NSFnet (National Science
Foundation) digabungkan, pertumbuhan jaringan semakin banyak, dan pada
pertengahan tahun, masyarakat mulai memandangnya sebagai internet.
Penggunaan teknologi
telematika oleh masyarakt Indonesia masih terbatas. Sarana kirim pesan seperti
yang sekarang dikenal sebagi email dalam suatu group, dirintis pada tahun 1980-an.
Mailinglist (milis) tertua di Indonesia dibuat olehJhhny Moningka dan Jos
Lukuhay, yang mengembangkan perangkat “pesan” berbasis “unix”, “ethernet”, pada
tahun 1983, persis bersamaan dengan berdirinya internet sebagai protokol resmi
di Amerika Serikat. Pada tahun-tahun tersebut, istilah “unix”, “email”, “PC”,
“modem”, “BBS”, “ethernet”, masih merupakan kata-kata yang sangat langka.
Periode rintisan
telematika ini merupakan masa dimana beberapa orang Indonesia belajar
menggunakan telematika, atau minimal mengetahuinya. Tahun 1980-an,
teleconference terjadwal hampir sebulan sekali di TVRI (Televisi Republik
Indonesia) yang menyajikan dialog interaktif antara Presiden Suharto di Jakarta
dengan para petani di luar jakarta, bahkan di luar pulau Jawa. Pada pihak
akademisi dan praktisi praktisi IT (Information and Technology), merekam
penggunaan internet sebagai berikut.
Menjelang akhir tahun
1980-an, tercatat beberapa komunitas BBS, seperti Aditya (Ron Prayitno),
BEMONET (BErita MOdem NETwork), JCS (Jakarta Computer Society — Jim Filgo), dan
lain-lain. Konon, BEMONET cukup populer dan bermanfaat sebagai penghilang
stress dengan milis seperti “JUNK/Batavia“. Di kalangan akademis, pernah ada
UNInet dan Cossy. UNINET merupakan sebuah jaringan berbasis UUCP yang konon
pernah menghubungkan Dikti, ITS, ITB, UI, UGM, UnHas, dan UT. Cossy pernah
dioperasikan dengan menggunakan X.25 dengan pihak dari Kanada. Milis yang
kemudian muncul menjelang akhir tahun 1980-an ialah the Indonesian Development
Studiesi (IDS) (Syracuse, 1988); UKIndonesian (UK, 1989); INDOZNET (Australia,
1989); ISNET (1989); JANUS (Indonesians@janus.berkeley.edu), yang saking
besarnya sampai punya beberapa geographical relayers; serta tentunya milis kontroversial
seperti APAKABAR.
Jaringan internet
tersebut, terhubungakan dengan radio. Medio tahun 1980 diisi dengan komunikasi
internasional melalui kegiatan radio amatir, yang memiliki komunitas dengan
nama Amatir Radio Club (ARC) Institut Teknologi Bandung (ITB). Bermodalkan
pesawattransceiver HF SSB Kenwood TS 430 dengan computer Apple II, sekitar
belasan pemuda ITB menghubungkan server BBS amatir radio seluruh dunia, agar
email dapat berjalan lancar.
· Periode Pengenalan
Periode satu dasawarsa
ini, tahun 1990-an, teknologi telematika sudah banyak digunakan dan masyarakat
mengenalnya. Jaringan radio amatir yang jangkauannya sampai ke luar negeri
marak pada awal tahun 1990. hal ini juga merupakan efek kreativitas anak muda
ketika itu, setelah dipinggirkan dari panggung politik, yang kemudian
disediakan wadah baru dan dikenal sebagai Karang Taruna. Pada sisi lain, milis
yang mulai digagas sejak tahun 1980-an, terus berkembang.
Internet masuk ke
Indonesia pada tahun 1994, dan milis adalah salah satu bagian dari sebuah web.
Penggunanya tidak terbatas pada kalangan akademisi, akan tetapi sampai ke meja
kantor. ISP (Internet Service Provider) pertama di Indonesia adalah IPTEKnet,
dan dalam tahun yang sama, beroperasi ISP komersil pertama, yaitu INDOnet.
Dua tahun keterbukaan
informasi ini, salahsatu dampaknya adalah mendorong kesadaran politik dan usaha
dagang. Hal ini juga didukung dengan hadirnya televise swasta nasional, seperti
RCTI (Rajawali Citra Televisi) dan SCTV (Surya Citra Televisi) pada tahun
1995-1996.
Teknologi telematika,
seperti computer, internet, pager, handphone, teleconference, siaran radio dan
televise internasional – tv kabel Indonesia, mulai dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Periode pengenalan telematika ini mengalami lonjakan pasca kerusuhan
Mei 1998.
Masa krisis ekonomi
ternyata menggairahkan telematika di Indonesia. Disaat keterbukaan yang diusung
gerakan moral reformasi, stasiun televise yang syarat informasi seperti kantor
berita CNN dan BBC, yakni Metro Tv, hadir pada tahun 1998. Sementara itu,
kapasitas hardware mengalami peningkatan, ragam teknologi software terus
menghasilkan yang baru, dan juga dilanjutkan mulai bergairahnya usaha pelayanan
komunikasi (wartel), rental computer, dan warnet (warung internet). Kebutuhan
informasi yang cepat dan gegap gempita dalam menyongsong tahun 2000, abad 21,
menarik banyak masyarakat Indonesia untuk tidak mengalami kesenjangan digital
(digital divide).
Pemerintah yang masih
sibuk dengan gejolak politik yang kemudian diteruskan dengan upaya demokrasi
pada Pemilu 1999, tidak menghasilkansuatu keputusan terkait perkembangan
telematika di Indonesia. Dunia pendidikan juga masih sibuk tambal sulam
kurikulum sebagai dampak perkembangan politik terbaru, bahkan proses
pembelajaran masih menggunakan cara-cara konvensional. Walaupun demikian, pada
tanggal 15 Juli 1999, arsip pertama milis Telematika dikirim oleh Paulus
Bambang Wirawan, yakni sebuah permulaan mailinglist internet terbesar di
Indonesia.
· Periode
Aplikasi
Reformasi yang banyak
disalahartikan, melahirkan gejala yang serba bebas, seakan tanpa aturan.
Pembajakan software, Hp illegal, perkembangan teknologi computer, internet, dan
alat komunikasi lainnya, dapat denganb mudah diperoleh, bahkan dipinggir jalan
atau kios-kios kecil. Tentunya, dengan harga murah.
Keterjangkauan secara
financial yang ditawarkan, dan gairah dunia digital di era millennium ini,
bukan hanya mampu memperkenalkannya kepada masyarakat luas, akan tetapi juga
mualai dilaksanakan, diaplikasikan. Pada pihak lain, semua itu dapat
berlangsung lancar, dengan tersedianya sarana transportasi, kota-kota yang
saling terhubung, dan industri telematika dalam negeri yang terus berkembang.
Awal era millennium
inilah, pemerintah Indonesia serius menaggapi perkembangan telematika dalam
bentuk keputusan politik. Kebijakan pengembangan yang sifatnya formal
“top-down” direalisasikan dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 50 Tahun
2000 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI), dan Instruksi Presiden
No. 6 Tahun 2001 tentang Pendayagunaan Telematika. Dalam bidang yang sama,
khususnya terkait dengan pengaturan dan pelaksanaan mengenai nernagai bidang
usaha yang bergerak di sector telematika, diatur oleh Direktorat Jendral
Aplikasi Telematika (Dirjen Aptel) yang kedudukannya berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia.
Selanjutnya, teknologi
mobile phone begitu cepat pertumbuhannya. Bukan hanya dimiliki oleh hamper
seluruh lapisan masyarakat Indonesia, fungsi yang ditawarkan terbilang canggih.
Muatannya antara 1 Gigabyte, dapat berkoneksi dengan internet juga stasiun
televise, dan teleconference melalui 3G. Teknologi computer demikian, kini
hadir dengan skala tera (1000 Gigabyte), multi processor, multislot memory, dan
jaringan internet berfasilitas wireless access point. Bahkan, pada café dan
kampus tertentu, internet dapat diakses dengan mudah, dan gratis.
Terkait dengan hal tersebut,
Depkominfo mencatat bahwa sepanjang tahun 2007 yang lalu, Indonesia telah
mengalami pertumbuhan 48% persen terutama di sektor sellular yang mencapai 51%
dan FWA yang mencapai 78% dari tahun sebelumnya. Selain itu, dilaporkan tingkat
kepemilikan komputer pada masyarakat juga mengalami pertumbuhan sangat
signifikan, mencapai 38.5 persen. Sedangkan angka pengguna Internet mencapai
jumlah 2 juta pemakai atau naik sebesar 23 persen dibanding tahun 2006. Tahun
2008 ini diharapkan bisa mencapai angka pengguna 2,5 juta.
Data statistik tersebut
menunjukkan aplikasi telematika cukup signifikan di Indonesia. Namun demikian,
telematika masih perlu disosialisasikan lebih intensif kepada semua lapisan
masyarakat tanpa terkecuali. Pemberdayaan manusianya, baik itu aparatur Negara
ataupun non-pemerintah, harus terus ditumbuhkembangkan.
Selama perkembangan
telematika di Indonesia sekitar tiga dasawarsa belakangan ini, membawa
implikasi diberbagai bidang. Kemudahan yang disuguhkan telematika akan
meningkatkan kinerja usaha, menghemat biaya, dan memperbaiki kualitas produk.
Masyarakat juga mendapat manfaat ekonomis dan peningkatan kualitas hidup.
Peluang untuk
memperoleh informasi bernuansa porno dan bentuk kekerasan lainnya, dapat
terealisir. Di lain pihak, segi individualis dan a-sosial amat mungkin akan
banyak menggejala di masyarakat. Walaupun demikian, masih banyak factor lain
yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat tertentu dan factor yang sama dapat
berdampak lain pada lingkungan yang berbeda.
2.
Media Komunikasi yang Digunakan untuk Telematika
• Handphone
• Internet
• Sosial Media
• Jaringan/Network
• Aplikasi-aplikasi
pendukung seperti Video Conference, Games,dll
3.
Perkembangan Telematika Sebelum dan Sesudah Internet Muncul
Peristiwa
proklamasi 1945 membawa perubahan yang bagi masyarakat Indonesia, dan sekaligus
menempatkannya pada situasi krisis jati diri. Krisis ini terjadi karena
Indonesia sebagai sebuah negara belum memiliki perangkat sosial, hukum, dan
tradisi yang mapan. Situasi itu menjadi ‘bahan bakar’ bagi upaya-upaya pembangunan
karakter bangsa di tahun 50-an dan 60-an. Di awal 70-an, ketika kepemimpinan
soeharto, orientasi pembangunan bangsa digeser ke arah ekonomi, sementara
proses – proses yang dirintis sejak tahun 50-an belum mencapai tingkat
kematangan.
Dalam latar belakang
sosial demikianlah telekomunikasi dan informasi, mulai dari radio, telegrap,
dan telepon, televise, satelit telekomunikasi, hingga ke internet dan perangkat
multimedia tampil dan berkembang di Indonesia. Perkembangan telematika penulis
dibagi menjadi 2 masa yaitu masa sebelum atau pra satelit dan masa satelit.
Di periode pra satelit
(sebelum tahun 1976), perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia masih
terbatas pada bidang telepon dan radio. Radio Republik Indonesia (RRI) lahir
dengan di dorong oleh kebutuhan yang mendesak akan adanya alat perjuangan di
masa revolusi kemerdekaan tahun 1945, dengan menggunakan perangkat keras
seadanya. Dalam situasi demikian ini para pendiri RRI melangsungkan pertemuan
pada tanggal 11 September 1945 untuk merumuskan jati diri keberadaan RRI
sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dengan rakyat, dan antara rakyat dengan rakyat.Sedangkan telepon pada masa
itu tidak terlalu penting sehingga anggaran pemerintah untuk membangun
telekomunikasipun masih kecil jumlahnya. Saat itu, telepon dikelola oleh PTT
(Perusahaan Telepon dan Telegrap) saja. Sampai pergantian rezim dari Orla ke
Orba di tahun 1965, RRI merupakan operator tunggal siaran radio di Indonesia.
Setelah itu bermunculan radio – radio siaran swasta. Lima tahun kemudian muncul
PP NO. 55 tahun 1970 yang mengatur tentang radio siaran non pemerintah.Periode
awal tahun 1960-an merupakan masa suram bagi pertelekomunikasian Indonesia,
para ahli teknologi masih menggeluti teknologi sederhana dan “kuno”. Misalnya
saja, PTT masih menggunakan sentral-sentral telepon yang manual, teknik radio
High Frequency ataupun saluran kawat terbuka (Open Were Lines). Pada masa itu,
banyak negara pemberi dana untuk Indonesia – termasuk pendana untuk pengembangan
telekomunikasi, menghentikan bantuannya. Hal itu karena semakin memburuknya
situasi dan kondisi ekonomi dan politi di Indonesia.
Tercatat bahwa pada
masa 1960-1967, hanya Jerman saja yang masih bersikap setia dan menaruh
perhatian besar pada bidang telekomunikasi Indonesia, dan menyediakan dana
walau di masa-masa sulit sekalipun. Ketika itu pengembangan telekomunikasi
masih difokuskan pada pengadaan sentra telepon, baik untuk komunikasi lokal
maupun jarak jauh, dan jaringan kabel. Indonesia saat itu belum memiliki
satelit. Sentral telepon beserta perlengkapan hubungan jarak jauh ini diperoleh
dari Jerman. Pada saat itu, Indonesia hanya dapat membeli produk yang sama,
dari perusahaan yang sama, yakni Perusahaan Jerman. Tidak ada pilihan lain bagi
Indonesia.
Keleluasaan barulah
bisa dirasakan setelah di tahun 1967/1968 mengalir pinjaman-pinjaman ke
Indonesia, baik bilateral ataupun pinjaman multilateral dari Bank Dunia,
melalui pinjaman yang disepakati IGGI. Akan tetapi, pada masa inipun inovasi
dalam pemfungsian teknologi telekomunikasi masih belum berkembang dengan baik
di negeri ini. Peda dasarnya kita memberi dan memakai perlengkapan seperti
switches, cables, carries yang sudah lazim kita pakai sebelumnya.
Badan penyiaran
televisi lahir tahun 1962 sebelum adanya satelit yang semula hanya dimaksudkan
sebagai perlengkapan bagi penyelenggara Asian Games IV di Jakarta. Siaran
percobaan pertama kali terjadi pada 17 Agustus 1962 yang menyiarkan upacara
peringatan kemerdekaan RI dari Istana Merdeka melalui microwave. Dan pada
tanggal 24 Agustus 1962, TVRI bisa menyiarkan upacara pembukaan Asian Games,
dan tanggal itu dinyatakan sebagai hari jadi TVRI.
Terdorong oleh inovasi,
akhirnya pada tanggal 14 November 1962 untuk pertama kalinya TVRI memberanikan
diri melakukan siaran langsung dari studio yang berukuran 9×11 meter dan tanpa
akustik yang memadai. Acaranya terbatas, hanya berupa permainan piano tunggal
oleh B.J. Supriadi dengan pengaruh acara Alex Leo.
Lebih setahun setelah
siaran pertama, barulah keberadaan TVRI dijelaskan dengan pembentukan Yayasan
TVRI melalui Keppres No. 215/1963 tertanggal 20 oktober 1963. Antara lain
disebutkan bahwa TVRI menjadi alat hubungan masyarakat (mass communication
media) dalam pembangunan mental/spiritual dan fisik daripada Bangsa dan Negara
Indonesia serta pembentukan manusia sosialis Indonesia pada khususnya.
Sampai tahun 1989, TVRI
merupakan operator tunggal di bidang penyiaran televise.
Jadi sebelum satelit
palapa mengorbit, Indonesia hanya mengenal telekomunikasi yang bersifat
terestrial, yakni yang jangkauannya masih dibatasi oleh lautan. Telekomunikasi
seperti ini tidak bisa menjangkau pulau-pulau kecuali melalui penggunaan SKKL
(Saluran Komunikasi Kabel Laut) yang mahal dan sulit dipergunakan.
Gagasan tentang
peluncuran satelit bagi telekomunikasi domestik di Indonesia bisa ditelusuri
asal muasalnya dari sebuah konferensi di Janewa tahun 1971 yang disebut WARCST
(World Administrative Radio Confrence on Space Telecomunication).
Pada konferensi itu di tampilkan pila pameran
dari perusahaan raksasa pesawat terbang Hughes. Perusahaan inilah yang
mengusulkan ide pemanfaatan satelit bagi kepentingan domestik Indonesia. Hal
tersebut disambut oleh Suhardjono yang berlatar belakang militer dan membawa masalah
satelit itu sampai ke Presiden RI. Selain pertimbangan kelayakan ekonomi dan
teknis, sejarah peluncuran satelit ini juga diwarnai oleh kepentingan politik
dimana hubungan antara Indonesia dengan negara- negara lain sudah mulai
bersahabat. Di sisi lain, satelit memungkinkan penyebaran luas ideologi negara
ke masyarakat luas melalui TV, satelit juga menguntungkan secara ekonomi.
Komunikasi tentang
cara-cara menggali sumber daya alam dapat berlangsung dengan mudah. Ini berlaku
untuk kasus tembaga pura (Freeport) dan di Dili. Peluncuran satelit Palapa di
Cape Canaveral, Florida, bulan Agustus 1976 pada panel peluncuran terdapat 3
orang Indonesia dan perwakilan dari perusahaan NASA dan Hughes.
Kejadian ini diresmikan
juga melalui pidato kenegaraan oleh presiden Soeharto di Jakarta, tanggal 16
Agustus 1976. ini merupakan satu- satunya proyek teknologi yang mendapat tempat
terhormat di gedung Parlemen. Namun peluncuran satelit itu merupakan kebijakan
nasional yang gagasan awalnya dicetuskan oleh pemerintah. Hal ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa Indonesia pernah mengalami ancaman perpecahan. Untuk
mempersatukan tanah air yang sangat luas ini diperlukan sarana perhubungan yang
mencakup seluruh wilayah nusantara. Proses kelahiran satelit ini hanya
melibatkan sedikit teknokrat dan teknolog yang berpihak pada kepentingan Orba.
4.
Harapan kedepan dengan adanya Telematika di Indonesia
Perkembangan
Telematika di Indonesia sangat jauh tertinggal dengan Negara lainnya, pada
level asia saja Indonesia sudah jauh tertinggal dengan Negara-negara tetangga
seperti Singapura, China, India bahkan
Malaysia. Belum selesainya aturan fundamental adalah penyebab kekurangan
tersebut. Contoh nyatanya ialah penutupan situs porno dan situs yang menyajikan
banyak unsur fitnah menyusul dengan disetujuinya Undang-undang Informasi dan
Transaksi Elektronik pada medio 2007 dan awal tahun 2008, oleh Departemen
Komunikasi dan Informasi (Depkominfo). Sudah seharusnya pemerintah melalui Depkominfo
tegas memberikan aturan terhadap telematika, karena dengan adanya aturan yang
tegas Indonesia akan lebih baik dalam bidang telematika. Dan juga pemerintah
harus meningkatkan mutu kualitas telematika yang ada di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar